“Seranglah musuhmu sebelum kalian diserang, kita tidak mau menunggu sampai kita diserbu kemudian menjerit seperti jeritan kaum wanita. Akan tetapi, kapan saja kita mencium rencana musuh akan menyerbu, kita harus menghentikan mereka hingga hilang keberanian mereka untuk merampas negeri kaum muslimin.” (Khattab)
KIBLAT.NET – Pada edisi pertama telah dibahas bagaimana sepak terjang Khattab dari lahir hingga menjelma menjadi seorang mujahid yang tangguh. Kisah hidupnya dipenuhi kisah-kisah unik nan heroik yang dapat dijadikan teladan bagi para mujahid masa kini.
Pengalaman jihadnya di Afghanistan menjadi modal utama untuk menyongsong medan jihad lainnya. Pada edisi kedua membahas perjuangan Khattab di medan jihad setelah Afghanistan, yaitu Tajikistan dan Chechnya. Di Chechnya inilah Khattab mulai dikenal dan ditakui lawan. Hingga pemerintah Chechnya menyematkan gelar pahlawan nasional padanya.
Akan tetapi, ternyata negera Beruang Merah tidak menyerah begitu saja. Pada edisi terakhir ini akan dibahas perjuangan Khattab di pertempuran Daghestan, perang Chechnya II, strategi dan dakwah Khattab serta syahidnya sang pahlawan karena sebuah pengkhianatan.
Daghestan
Pada awalnya beberapa para petinggi Chechnya menyesalkan terjadinya perang jilid dia ini. Pasalnya mereka menganggap semua itu terjadi karena Khattab memulai persengketaan dengan Rusia di Daghestan pada tahun 1418 H.
Para petinggi ini mengaggap tindakan Khatta terlalu tergesa-gesa dan sembrono hingga menyulut kembali pertempuran. Apakah benar seperti itu? Tidak, Khattab menyerang pos-pos Rusia di Daghestan tidaklah secara serampangan. Justru hal itu dilakukan sebagai upaya pencegahan serangan mendadak dari Rusia.
“Seranglah musuhmu sebelum kalian diserang, kita tidak mau menunggu sampai kita diserbu kemudian menjerit seperti jeritan kaum wanita. Akan tetapi, kapan saja kita mencium rencana musuh akan menyerbu, kita harus menghentikan mereka hingga hilang keberanian mereka untuk merampas negeri kaum muslimin.”Jelas Khattab dengan lantang.
Khattab berkolaborasi dengan Syamil Basayev menyerang Daghestan karena alasan itu. Keputusan itu ia ambil karena ia tahu bahwa Rusia telah bersiap-siap menyerang Chechnya untuk kedua kalinya. Walaupun perjanjian telah ditandatangani di atas kertas, Rusia menganggapnya sebagai angin lalu dan berusaha mencari alasan-alasan untuk menyerang.
Khattab juga mengetahui bahwa Rusia telah menyebar mata-mata di Chechnya dan membuat sebuah ledakan bunuh diri di ibukota Rusia, Moskow. Peledakan itu terjadi pada 14 September 1999 di sebuah apartemen di jantung Rusia. Bom itu memang sengaja dibuat untuk melegalkan serangan kedua yang akan dilancarkan Rusia ke Chechnya.
Jadi, gerak cepat yang dilakukan Khattab dengan menyerang Daghestan adalah langkah yang tepat. Karena menyerang Daghestan atau tidak, Rusia tetap akan memulai invasi ke Chechnya untuk kedua kalinya. Dalih yang dipakai pihak Rusia untuk menyerang Chechnya adalah memerangi terorisme. Padahal Rusia sendiri yang sebenarnya teroris, menyerang sebuah negara dengan menghalalkan segala cara.
Beberapa prinsip dalam jihad menurut Khattab adalah
- Hidup mati jihad tidak tergantung pada hidup mati seorang komandan
- Tujuan pertama jihad yaitu menegakkan syariat Islam dan hukum Allah
- Tidak ada jalan untuk berunding dengan musuh-musuh Allah
- Tidak ada kata istirahat dalam memerangi orang kafir hingga bencana yang menimpa umat Islam hilang.
- Komandan bukan jabatan yang menyenangkan
- Kesatuan barisan merupakan pondasi pokok di dalam menghadapi musuh yang lalim dan atheis seperti Rusia.
- Seorang komandan tidak boleh merasa putus asa dari rahmat Allah, meskipun dalam keadaan yang sangat genting.
- Bersikap lembut pada masyarakat dan mementingkan keselamatannya.
Pemikiran dan Dakwah Khattab
Khattab memiliki manhaj dan aqidah salaf. Ia memilik hubungan yang erat dengan para masyayikh seperti, Syaikh Abadullah bin Baz, Syaikh Al-Utsaimin dan Syaikh Hamud Al-Uqla. Ulama-ulama inilah yang menjadi referensi Khattab dalam persoalan jihad, ilmu dan dakwah. Oleh karena itu, kita tidak akan menemukan kebid’ahan dalam jihad Chechnya atau penyimpangan aqidah.
Akhirnya hal ini membuat resah kelompok sufi, sehingga mereka memilih merapatkan diri dengan Rusia. Naudzubillah. Khattab menilai, Chechnya merupakan negeri yang subur dalam pembinaan dakwah. Maka ia mulai melakukan aktivis dakwah untuk membentuk basis-basis dakwah dan jihad berdasarkan garis haluan yang shahih. Kemudian ia mendirikan “Ma’had Al-Qauqaz li I’dad Ad-Du’at”. Setiap personal yang bergabung didalamnya sebelum dia diterima di dalam kancah jihad dan wajib mengikuti pembekalan ilmu secara intensif selama dua bulan.
Personal yang ingin mengikuti pembekalan ilmu dan jihad semakin bertambah hingga mencapai 400 siswa. Kondisi ini membuat Rusia marah besar. Selanjutnya ia terus mengembangkan upaya dengan mendirikan sekolah untuk menghafal Al-Quran. Dia mengungkapkan, “Kami menyaksikan pengaruh yang signifikan dari kegiatan ini dalam aspek pengorbanan dan kegigihan para mujahidin.”
Dengan kegiatan ini jihad Chechnya bisa menjadi contoh. Tidak ada perselisihan, perpecahan dan saling mencela. Seluruhnya bersatu di bawah satu pemimpin. Mereka mengangkat seorang mufti agar mereka tidak melakukan pelanggaran, dia adalah Abu Umar As-Saif Al-Khalidi dari negeri Damam, sebelah timur Saudi Arabia. Siapakah dia? Profilnya bisa dilihat di sini.
Perang Chechnya II
Pada bulan Ramadhan 1418 H mujahidin dipimpin oleh Khattab dan Syamil Basayev melancarkan operasi besar atas basis militer Rusia terbesar di Daghestan. Mereka melakukan operasi militer dengan menghancurkan wilayah Daghestan. Peristiwa ini mendorong pemerintah setempat melakukan tekanan terhadap aktivis dakwah dan menangkap para pemimpinnya, hingga sebagian terpaksa mengungsi keluar negeri.
Mujahidin meminta bantuan dan akhirnya bantuan pun datang. Polisi Daghestan bercerai berai dan meminta bantuan kepada tentara Rusia hingga mereka datang dengan kekuatan besar ke kota dan mengepungnya.
Mereka menyerbu dengan pesawat-pesawat tempur dan roket. Maka para mujahidin meminta bantuan pada saudara-saudara mereka di Chechnya yang akhirnya mereka masuk melalui provinsi Butlek dan berhasil menguasai tiga distrik dan pangkalan militer. Rangkaian peristiwa itu terjadi sangat cepat dan pasukan Rusia mengerahkan berbagai senjata berat dan ringan mereka untuk menghadapi mujahidin.
Sejak saat itu,perang gerilya antara mujahidin dan tentara Rusia terus berlangsung. Mujahidin telah melakukan operasi-operasi militer dengan kemenangan gilang gemilang hanya dalam waktu beberapa tahun saja. Dalam waktu yang singkat itu mereka mampu membuat negara Rusia tidak berdaya, baik dari aspek militer, politik dan ekonomi.
Kemenangan demi kemenangan itu diraih dengan susah payah. Sesuai dengan sunnatullah semua harus diraih dengan pengorbanan,kesulitan, keresahan, kegoncangan hingga mujahidin masuk ke dalam Jannah. Di saat kemenangan menyelimuti mujahidin, Allah menguji mereka dengan syahidnya komandannya yang paling disegani.
Rupanya Rusia telah kehilangan akal hingga menggunakan cara yang picik untuk membunuh Khattab. Bukan dengan tembakan, bukan dengan sabetan pedang, bukan dengan ledakan bom melainkan dengan sebuah racun dan pengkhianatan.
Syahidnya Khattab
Khattab termasuk salah satu komandan atau pemimpin yang syahid karena ulah pengkhianat. Sebut saja Amirul Mukminin Umar bin Khattab syahid di tangan seorang Majusi ketika shalat, dimana sekarang kaum Syiah mengagung-agungkannya orang terlaknat itu, Abu Lu’luah. Bahkan khulafaurrasyidin setelahnya Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib pun syahid di tangan para pengkhianat.
Jadi, tidak heran jika metode licik itu pun ditiru musuh-musuh Islam abad ini dengan memasukkan pengkhianat ke dalam kubu mujahidin. Ada perbedaan mengenai detail kesyahidan Khattab. Namun, demikian dalam kedua cerita yang berbeda tersebut terdapat kesamaan bahwa sang komandan syahid karena ulah pengkhianat. Pengkhianat itu adalah orang yang telah dipercaya dan dikenal Khattab. Pembunuhan itu dilakukan dengan memberikan sepucuk surat yang telah dibubuhi racun. Akhirnya, Khattan syahid setelah terkena efek racun tersebut. Semoga Allah melimpahkan rahmat kepadanya.
Dua pekan sebelum kejadian, salah seorang komandan lapangan dari Arab mengutus seorang kurir untuk menyampaikan sepucuk surat kepada komadan Khattab. Khattab pun mengutus seseorang untuk menerima surat itu. Ternyata utusan yang dipercaya Khattab adalah seorang pengkhianat. Ia membubuhkan racun ke dalam surat itu dan menyerahkan kepada Khattab. Ketika surat itu dibuka dan Khattab menyentuh racun, tidak lebih dari lima menit akhirnya Khattab menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Khattab syahid meninggalkan satu orang istri wanita Daghestan dan tiga orang anak. Sarah usia lima tahun, Shalih usia tiga tahun dan Sajidah usia satu setengah tahun. Pahlawan Nasional Chechnya ini gugur pada usia masih
Sikap Media akan Kesyahidan Khattab
Meskipun Khattab adalah muslim Arab, komandan besar dan terkenal di berbagai belahan bumi. Meskipun dia dikenal oleh para petinggi Amerika di bagian barat dan kaisar Jepang di bagian timur. Meskipun Bush pernah meminta kepadanya pada awal perangnya di Afghanistan agar dia tidak ikut campur, sebab Bush tahu akan kemampuan yang dimiliki sang pahlawan ini. Meskipun Putin selalu dibuat gila olehnya. Namun, tidak ada satu pun channel TV selain Al-Jazeera yang memiliki kepedulian.
Media bungkam dan tidak menyiarkan peristiwa besar itu. Karena mereka telah “menutup mata” dan mengalihkan pandangan sesuai pesanan tuan-tuan mereka. Inilah fakta yang terjadi masa itu dan akan terus berlanjut hingga detik ini. Dimana kezaliman yang mendera salah seorang muslim teraniaya hingga meregang nyawa tidak pernah muncul pada pemberitaan. Media dipenuhi berita-berita tidak bermutu yang memang disengaja sebagai pengalihan isu. Hal itu adalah rahasia umum yang tidak dapat dielakkan lagi.
Selamat jalan wahai pahlawan Islam. Meskipun media enggan menyiarkan kesyahidanmu, namamu akan selalu harum di dada kaum muslimin. Wallahu a’lam bi shawab.
Penulis : Dhani El_Ashim
Sumber: Buku Khattab Sang Panglima, Abu Anas Ath-Thafi, penerbit Islam Medika
0 komentar:
Posting Komentar