Kelompok Negara Islam, juga dikenal sebagai ISIS, adalah pendatang baru di Afghanistan. ISIS menyatakan kehadirannya dengan membentuk cabang Khorasan pada bulan Desember 2014. Deklarasi itu datang pada saat yang rentan bagi Taliban, yang baru saja mengkonfirmasi kematian pendiri dan pemimpin spiritualnya, Mullah Muhammad Umar. Mullah Akhtar Manshur dipilih untuk menggantikannya, dengan dukungan dari pemimpin global Al-Qaidah, Aiman Azh-Zhawahiri.
Sebagai pendatang baru, daya tarik utama bagi orang-orang untuk bergabung dengan ISIS adalah ingin menjadi bagian dari kekhalifahan. Untuk kelangsungan kelompok, ISIS perlu mengontrol wilayah dan menang atas dukungan penduduk setempat. Tetapi strategi ISIS ini belum efektif di Afghanistan. Taliban yang telah mengontrol wilayah sejak lama masih dominan. Mereka yang bergabung dengan ISIS kebanyakan adalah orang-orang yang membelot dari Taliban, karena tergiur deklarasi khilafah. Bagaimana pun Taliban telah membangun sistem cukup lama.
Taliban memerintah hampir seluruh wilayah Afghanistan pada 1996-2001. Kontrol Taliban berlanjut sampai AS memimpin invasi untuk menggulingkannya dan membentuk pemerintahan boneka di Kabul. Sejak itu, tujuan utama Taliban adalah menggulingkan pemerintah saat ini dan menyingkirkan pasukan asing. Setelah Presiden Barack Obama mengumumkan pada 2014 bahwa AS akan perlahan-lahan akan menarik pasukannya dari Afghanistan, kelemahan pemerintahan Kabul memungkinkan Taliban untuk mengkonsolidasikan kembali posisinya.
ISIS belum begitu sukses. Meskipun telah melakukan operasi besar-besaran pada Januari dalam serangan terhadap konsulat Pakistan di Jalalabad, kelompok ini belum mampu mengamankan wilayah atau dukungan yang diperlukan untuk mengalahkan pesaingnya yang lebih mapan.
Pejuang Taliban terdiri dari anggota suku yang keras. Mereka dilatih dan dididik oleh para pemimpin kelompok sejak kecil. Berbeda dengan ISIS, siapa pun dengan mudah bergabung, asalkan mau berjanji setia kepada pemimpinnya, Abu Bakar Al-Baghdadi. Taliban tidaklah demikian. Seorang individu tidak bisa hanya memutuskan untuk bergabung dengan Taliban begitu saja. Bagi Taliban, ISIS adalah entitas asing yang mencoba untuk mengendalikan Afghanistan. Ini adalah sesuatu tidak akan dibiarkan Taliban.
Pekan lalu, Taliban mengeluarkan pernyataan bahwa beberapa anggota yang sebelumnya membelot kepada ISIS telah bergabung kembali dengan Taliban. Alasan mereka karena kebijakan buta dan ambigu ISIS. ISIS tidak memiliki obat untuk luka Afghanistan, kata pernyataan itu.
Di lapangan, Taliban dapat diterima komunitas akar rumput. Laporan akhir tahun 2015 dari desa Qara Ghaily yang direbut oleh kelompok anti-Taliban menguatkan hal ini. Kelompok yang dipimpin Ghulam Faruq merebut desa itu setelah lima tahun di bawah kontrol Taliban.
Desa terpencil itu berada di barat laut Afghanistan yang berbatasan Turkmenistan. Desa itu menjelaskan sekilas kehidupan di bawah kekuasaan Taliban dan merangkum kegagalan pemerintahan Kabul.
Faruq menggambarkan Taliban sebagai kelompok garis keras. Mereka terus membatasi masyarakat di bawah aturan Syariat, termasuk larangan musik, mencukur jenggot dan gaya rambut Hollywood.
Tetapi meskipun visi “keras” mereka tentang Islam, Taliban mendapatkan dukungan atas upaya mereka mewujudkan ketertiban di desa melalui sistem peradilan syariah yang berjalan efektif. Ini telah mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh pemerintah yang didukung Barat yang dipandang tidak kompeten dan korup.
Berbeda dengan sistem hukum resmi pemerintahan Kabul, yang dibangun dengan jutaan dolar dari bantuan luar negeri, pengadilan resmi Taliban memberikan layanan keadilan yang cepat dalam semua hal. Terutama kasus perzinaan dan perampokan.
Satu hal khususnya, yang membedakan mereka dari para pejabat pemerintah Kabul, mereka tidak pernah menuntut uang suap.
“Jika Anda pergi ke pengadilan kota, hakim akan mengambil uang Anda, petugas akan mengambil pakaian Anda dan para penjaga akan mengambil apa pun yang tersisa,” kata seorang warga desa, yang meminta tidak disebutkan namanya karena takut pembalasan.
“Orang-orang lebih memilih untuk mentolerir kekejaman Taliban daripada keadilan keadilan dan segala sesuatu yang mereka miliki dirampok,” tambahnya.
Reporter: Salem
Reporter: Salem
0 komentar:
Posting Komentar