Pria Pilihan Ummu Kalstum
Jangan mentang-mentang karena menjadi pejabat tinggi, seorang pengusaha lalu memaksakan kehendaknya untuk menyunting wanita. Itu biasa terjadi pada orang-orang besar di dunia ini, tetapai tidak begitu dengan Umar bin Khattab, amirul mukminin jazirah Arab.
Sewaktu menerima lamaran dari khalifah Umar Radhiyallahu 'anhu untuk Ummu kulstum, adiknya, siti Aisyah binti Abu Bakar sudah merasa suka cita. Calon iparnya seorang khalifah, pengusaha tertinggi waktu itu. Tambah lagi. Kurang apa?
Tetapi apa jawab Ummu kulstum?
"Apakah kakak akan mengawini aku dengan Umar?"
"Ya, dia datang meminangmu," jawab Aisyah.
"Sudahkah kakak mengenal betapa pencembururnya dia, serta kasar kehidupanya?"
"Lalu?"
"Demi Allah, jika kakak memaksaku untuk kawin dengan dia, akan kulaporkan ke Rasulullah. Aku akan menjerit-jerit di kuburnya," kata Ummu Kalstum.
"Menurutmu bagaimana?"
"Aku hanya mau kawin dengan pria Makkah yang mampu memberian kenikmatan dan kebahagiaan hidup padaku."
"Siapa dia?"
"Thalhah bin Abdullah.?"
Mendengar jawaban adiknya itu, repot jugalah Aisyah, terutama dalam menghadapi Umar, Khalifah II setelah Abu Bakar. Terpaksalah ia minta tolong kepada Amru bin Ash untuk menyelesaikanya.
Maka berangkatlah Amru bin Ash menemui Khalifah Umar.
"Wahai Amirul mukminin. Bagaimana pendapatmu jika aku mencarikan istri untukmu?"
"Mudah-mudahan wanita yang kau tawarkan itu yang aku sepakati hari ini," Jawab Umar.
"Siapa wanita itu?" tanya Amru bin Ash berpura-pura."
"Ummu kulstum binti Abu Bakr."
"Mengapa anda mau mengawini wanita itu, sedangkan ia setiap hari selalu menyesalkanmu atas kematian Abu Bakar ayahnya?" ujar Amru bin Ash berdiplomasi.
Mendengar jawaban itu, Umar mulai membaca arah pembicaraan Amru bin Ash.
"Hai Amru, apakah kau datang kemari atas suruhan Aisyah?"
Tanpa bisa mengelak, Amru bin Ash hanya menjawab "Ya!"
"Saya batalkan pinanganku untuk Ummu Kulstum," kata Umar.
Maka dikawinkanlah Ummu Kulstum dengan Thalhah bin Abdullah, pria pilihanya sendiri.
SEKIAN
Penulis: Miftah
Dikutip: HIKAYAT MUTIARA
"Ya, dia datang meminangmu," jawab Aisyah.
"Sudahkah kakak mengenal betapa pencembururnya dia, serta kasar kehidupanya?"
"Lalu?"
"Demi Allah, jika kakak memaksaku untuk kawin dengan dia, akan kulaporkan ke Rasulullah. Aku akan menjerit-jerit di kuburnya," kata Ummu Kalstum.
"Menurutmu bagaimana?"
"Aku hanya mau kawin dengan pria Makkah yang mampu memberian kenikmatan dan kebahagiaan hidup padaku."
"Siapa dia?"
"Thalhah bin Abdullah.?"
Mendengar jawaban adiknya itu, repot jugalah Aisyah, terutama dalam menghadapi Umar, Khalifah II setelah Abu Bakar. Terpaksalah ia minta tolong kepada Amru bin Ash untuk menyelesaikanya.
Maka berangkatlah Amru bin Ash menemui Khalifah Umar.
"Wahai Amirul mukminin. Bagaimana pendapatmu jika aku mencarikan istri untukmu?"
"Mudah-mudahan wanita yang kau tawarkan itu yang aku sepakati hari ini," Jawab Umar.
"Siapa wanita itu?" tanya Amru bin Ash berpura-pura."
"Ummu kulstum binti Abu Bakr."
"Mengapa anda mau mengawini wanita itu, sedangkan ia setiap hari selalu menyesalkanmu atas kematian Abu Bakar ayahnya?" ujar Amru bin Ash berdiplomasi.
Mendengar jawaban itu, Umar mulai membaca arah pembicaraan Amru bin Ash.
"Hai Amru, apakah kau datang kemari atas suruhan Aisyah?"
Tanpa bisa mengelak, Amru bin Ash hanya menjawab "Ya!"
"Saya batalkan pinanganku untuk Ummu Kulstum," kata Umar.
Maka dikawinkanlah Ummu Kulstum dengan Thalhah bin Abdullah, pria pilihanya sendiri.
SEKIAN
Penulis: Miftah
Dikutip: HIKAYAT MUTIARA
0 komentar:
Posting Komentar